apa kabar langit?
"Hai langit Ibu Kota, apa kabar?" Belakangan aku enggan menyebutmu cerah. Lebih sering ku sebut hujan dan dingin. . Ada apa? Apa kali ini kamu mewakili perasaan orang disekitarku yang perasaannya campur aduk karena pandemi yang tak kunjung selesai? Atau kamu sedih melihat paru-paru bumiku yang perlahan mulai terkikis? Atau bahkan kamu turut merasakan sedihnya kami yang kehilangan orang terdekat dari berbagai macam kejadian? . Tapi, Sang Pencipta Alam Semesta pasti punya rencana yang baik dibalik semua kejadian, termasuk alasan kenapa kamu bahkan enggan disebut cerah belakangan ini. Seperti doa diatas, meyakini air yang jatuh melalui langitmu itu adalah berkah yang diturunkan bagi mereka yang percaya. . Juga, karena kesederhanaan makna hujan yang belakangan tak kunjung menjadi cerah, banyak yang tersadar pentingnya bersyukur dari setiap kejadian sekecil apapun dimasa ini, masa yang terasa berat bagi setiap orang. Menyadarkan bahwa bersyukur atas nikmat itu penting